Assalamualaikum Wr. Wb..
Perkenalkan, Nama saya Rison, S.Pd. Saya adalah calon guru
penggerak angkatan 11 dari SMP Negeri 12 Prabumulih.
Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan kesimpulan dan refleksi
pengetahuan serta pengalaman baru yang dipelajari dari pemikiran Ki Hadjar
Dewantara.
Kesimpulan
Ki Hajar Dewantara adalah pelopor pendidikan di Indonesia,
Beliau bangsawan Jawa dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, lahir pada tanggal 2 Mei 1889.
Pada jaman kolonial pendidikan sangatlah
terbatas, dari kalangan masyarakat biasa diajarkan pembelajaran membaca menulis dan berhitung dasar dengan tujuan untuk
membantu perdagangan para pemilik kongsi/pedagang hindia
belanda dan hanya peserta didik-peserta didik bangsawan yang bisa sekolah untuk mendidik calon pagawai. Dari sini dapat
kita pahami bahwa pendidikan di Indonesia saat itu terbilang amatlah sempit
karena mengadopsi gaya belajar kolonial/penjajahan. Maka, lahirlah bapak Ki
Hajar Dewantara dalam memperkenalkan filosofis pendidikan di tanah air.
Ki Hadjar Dewantara,
Bapak Pendidikan Indonesia, telah meninggalkan warisan pemikiran filosofis yang
mendalam bagi dunia pendidikan. Mempelajari pemikirannya membuka cakrawala baru
dalam memahami hakikat pendidikan dan peran pentingnya dalam memajukan bangsa
khususnya bangsa Indonesia.
Dari pemikiran Ki
Hadjar Dewantara ini, saya memperoleh pengetahuan baru tentang konsep
pendidikan yang berpusat pada peserta didik. Pendidikan bukan sekedar transfer
ilmu pengetahuan, tetapi proses memanusiakan manusia. Peserta didik didik
adalah kodrat alam dengan kodratnya sendiri, dan pendidik bertugas menuntun dan
membimbing mereka untuk mencapai kodratnya tersebut.
Pengalaman baru yang
saya dapatkan adalah penerapan filosofi "Tut Wuri Handayani". Guru
bukan lagi sosok otoriter yang mendikte, tetapi menjadi fasilitator dan
motivator bagi peserta didik. Pembelajaran di desain dengan berpihak pada peserta
didik, berorientasi pada kebutuhan dan minatnya.
Pemikiran Ki Hadjar
Dewantara juga menekankan pentingnya pendidikan karakter. Pendidikan bukan
hanya mengembangkan intelektualitas, tetapi juga budi pekerti dan akhlak mulia.
Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa, membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat, serta mewujudkan
pemerataan, akuntabilitas, dan partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan.
Selanjutnya saya akan
merefleksi diri melalu 3 pertanyaan berikut:
1.
Apa yang
Anda percaya tentang peserta didik dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari modul 1.1?
Sebelum
mempelajari modul 1.1 mengenai Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional – Ki
Hajar Dewantara, sebagai guru saya meyakini beberapa hal sebagai berikut:
1)
Saya meyakini kelas yang
diam, peserta didik yang penurut merupakan gambaran kegiatan belajar yang ideal
dalam proses pembelajaran.
2)
Saya percaya bahwa
dengan memaksakan peserta didik menyelesaikan tugas/kegiatan sampai selesai
membuat mereka lebih bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan.
3)
Saya memberikan hukuman
kepada peserta didik yang tidak dapat menyelesaikan tugas dengan hukuman yang
biasa saya terima saat bersekolah dulu misalnya dengan ancaman mengurangi jam
istirahat mereka atau pulang lebih akhir.
4)
Saya tidak begitu mempedulikan
apakah peserta didik sudah benar-benar paham terhadap materi atau tidak, karena
fokus saya lebih mengejar ketuntasan materi dalam setiap semester atau tahun.
5)
Saya hanya meminta peserta
didik menghafal dan mengingat materi yang saya ajarkan tanpa memikirkan bagaimana
proses materi tersebut dapat dipahami dengan sepenuhnya oleh peserta didik.
6)
Saya sering merasa gagal
dan mengeluh jika banyak peserta didik yang tidak tuntas setelah melakukan evaluasi/ulangan.
2.
Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku
Anda setelah mempelajari modul ini?
Setelah saya mempelajari
modil 1.1 tentang Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara banyak pemahaman yang saya dapatkan. Saya merasa kagum
dengan filosofi pendidikan Ki Hajar
Dewantara, bagaimana selama ini saya telah membunuh karakter mereka
sebagai peserta didik, memaksakan
kehendak saya sebagai orang yang lebih tahu segalanya dibandingkan mereka.
Pemikiran KHD terhadap pendidikan sangat luas dan mendalam serta membuat saya
mengerti bagaimana sebaiknya memperlakukan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Seharusnya saya lebih memberi dorongan dan tuntunan terhadap
segala kekuatan qodrat yang dimiliki peserta didik agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang setinggi-tingginya.
Guru sebagai among yang menuntun segala qodrat pada peserta
didik yaitu qodrat alam dan qodrat zaman. Qodrat alam yang di miliki peserta
didik yaitu kemampuan atau potensi yang di miliki peserta didik sejak lahir, hanya
saja masih seperti garis samar, tugas saya sebagai seorang guru adalah
menebalkan garis samar tersebut. Misalnya kemampuan yang dimiliki peserta didik
yang semula belum baik maka dituntun
untuk menjadi baik dan yang sudah baik dituntun menjali lebih baik lagi.
Seorang guru yang sebagai among menuntun peserta didik untuk membangun
pengetahuan dan budi pekerti, agar
mereka memerdekakan diri sendiri dan orang lain. Pendidik dan seluruh
warga sekolah harus menanamkan nilai-nilai karakter budi pekerti agar mereka
dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Pendidik juga harus
menghargai keragaman, bahwasanya setiap peserta didik mempunyai sifat unik yang
mana mereka mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Tentunya karakteristik peserta
didik yang berbeda-beda tersebut tidaklah sama penanganannya. Sebagai pendidik saya harus
terbuka namun tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Kodrat
alam peserta didik berbeda-beda. Kodrat alam peserta didik yang tinggal di
pedesaan akan beda kodratnya dengan peserta didik yang tinggal di wilayah
perkotaan. Mereka akan memiliki potensi, bakat dan minat
yang berbeda. Maka sebagai pendidik saya harus menyadari bahwa setiap peserta didik itu beragam dan mempunyai keunikan masing-masing. Sedangkan
kodrat zaman berhubungan dengan zaman yang
dialami oleh peserta didik pada saat pengajaran atau pendidikan berlangsung. Untuk pendidikan saat ini, para pendidik harus
menekankan pada kemampuan peserta didik untuk
memiliki keterampilan abad ke 21.
3.
Apa yang
dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?
Setelah mempelajari filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara,
ada beberapa hal yang harus saya ubah. Meskipun perubahan itu tidak seluruhnya
namun saya berkomitmen untuk memulai perubahan mengajar di kelas yang dimulai
dari hal-hal kecil. Secara umum, saya akan
memberi berbagai hak mereka sebagai peserta didik yang merdeka sebagi insan
yang memiliki kebebasan dalam menentukan mana yang mereka
sukai, minati dan mana yang tidak layak diberikan sebagi
sebuah bentuk paksaan atau ancaman, saya akan memberikan tuntunan kepada setiap individu dari peserta didik saya untuk mereka mengekspresikan apa
yang mereka inginkan, apa yang mereka butuhkan, dan apa yang mereka miliki
untuk saya asah, saya tuntun dan saya ayomi. Saya akan
memberikan mereka kemerdekaan untuk memilih cara belajarnya sendiri, untuk
memilih kegiatan dalam belajar sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, saya tidak akan memaksa peserta didik untuk
mengerjakan suatu kegiatan sampai selesai dan baru bisa menilainya, karena
kemampuan peserta didik hanya bisa di lihat dari prosesnya bukan hasilnya.
Selain itu saya juga harus lebih ikhlas dan sabar agar
terwujud pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat pada peserta didik. Sesuai apa yang saya sampaikan di atas, setiap peserta
didik lahir dengan kodrat alam dan kodrat zamannya. Khususnya kodrat zaman,
saya sebagai pendidik memastikan setiap kemampuan peserta didik memiliki
keterampilan abad ke 21 seperti (kreatif, berpikir kritis, kolaborasi, dan komunikasi).
Selain itu,
untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, menarik dan inovatif
saya harus merencanakan pembelajaran dengan matang dan menyiapkan kegiatan pembelajaran yang beragam
dengan berbagai aktivitas ragam permainan, menyisipkan ice breaking,
pembelajaran berdiferensiasi, selain itu juga terkadang kami melakukan kegiatan pembelajaran dilingkungan luar kelas dengan
belajar di alam terbuka seperti petualangan dan
penjelajahan. Hal ini selain dalam rangka menghilangkan rasa jenuh juga untuk
memberikan pengalaman yang nyata (kontekstual) tentang alam dan lingkungan sekitar mereka,
belajar memahami apa yang ada di lingkungan mereka, belajar berinteraksi dengan lingkungan
untuk menumbuihkan rasa cinta dan mengenal kearifan lokal
dilingkungannya agar mereka merasa bangga dan mau untuk melestarikannya baik dari aspek sosial, ekonomi maupun budaya.
Salam Guru Penggerak!!!
Tergerak, bergerak, menggerakkan!
0 komentar:
Posting Komentar