Selasa, 02 Juli 2024

Kesimpulan dan refleksi pengetahuan serta pengalaman baru yang dipelajari dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara

 Assalamualaikum Wr. Wb..

 

Perkenalkan, Nama saya Rison, S.Pd. Saya adalah calon guru penggerak angkatan 11 dari SMP Negeri 12 Prabumulih. Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan kesimpulan dan refleksi pengetahuan serta pengalaman baru yang dipelajari dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara.

 

Kesimpulan

Ki Hajar Dewantara adalah pelopor pendidikan di Indonesia, Beliau bangsawan Jawa dengan  nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, lahir pada tanggal 2 Mei 1889. Pada jaman  kolonial pendidikan sangatlah terbatas, dari kalangan masyarakat biasa diajarkan  pembelajaran membaca menulis dan berhitung dasar dengan tujuan untuk membantu  perdagangan para pemilik kongsi/pedagang hindia belanda dan hanya peserta didik-peserta didik bangsawan  yang bisa sekolah untuk mendidik calon pagawai. Dari sini dapat kita pahami bahwa pendidikan di Indonesia saat itu terbilang amatlah sempit karena mengadopsi gaya belajar kolonial/penjajahan. Maka, lahirlah bapak Ki Hajar Dewantara dalam memperkenalkan filosofis pendidikan di tanah air.

Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, telah meninggalkan warisan pemikiran filosofis yang mendalam bagi dunia pendidikan. Mempelajari pemikirannya membuka cakrawala baru dalam memahami hakikat pendidikan dan peran pentingnya dalam memajukan bangsa khususnya bangsa Indonesia.

Dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara ini, saya memperoleh pengetahuan baru tentang konsep pendidikan yang berpusat pada peserta didik. Pendidikan bukan sekedar transfer ilmu pengetahuan, tetapi proses memanusiakan manusia. Peserta didik didik adalah kodrat alam dengan kodratnya sendiri, dan pendidik bertugas menuntun dan membimbing mereka untuk mencapai kodratnya tersebut.

Pengalaman baru yang saya dapatkan adalah penerapan filosofi "Tut Wuri Handayani". Guru bukan lagi sosok otoriter yang mendikte, tetapi menjadi fasilitator dan motivator bagi peserta didik. Pembelajaran di desain dengan berpihak pada peserta didik, berorientasi pada kebutuhan dan minatnya.

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara juga menekankan pentingnya pendidikan karakter. Pendidikan bukan hanya mengembangkan intelektualitas, tetapi juga budi pekerti dan akhlak mulia. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat, serta mewujudkan pemerataan, akuntabilitas, dan partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan.

 

Selanjutnya saya akan merefleksi diri melalu 3 pertanyaan berikut:

1.      Apa yang Anda percaya tentang peserta didik dan pembelajaran di kelas sebelum  Anda mempelajari modul 1.1?

Sebelum mempelajari modul 1.1 mengenai Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional – Ki Hajar  Dewantara, sebagai guru saya meyakini beberapa hal sebagai berikut:

1)      Saya meyakini kelas yang diam, peserta didik yang penurut merupakan gambaran kegiatan belajar yang ideal dalam proses pembelajaran.

2)      Saya percaya bahwa dengan memaksakan peserta didik menyelesaikan tugas/kegiatan sampai selesai membuat mereka lebih bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan.

3)      Saya memberikan hukuman kepada peserta didik yang tidak dapat menyelesaikan tugas dengan hukuman yang biasa saya terima saat bersekolah dulu misalnya dengan ancaman mengurangi jam istirahat mereka atau pulang lebih akhir.

4)      Saya tidak begitu mempedulikan apakah peserta didik sudah benar-benar paham terhadap materi atau tidak, karena fokus saya lebih mengejar ketuntasan materi dalam setiap semester atau tahun.

5)      Saya hanya meminta peserta didik menghafal dan mengingat materi yang saya ajarkan tanpa memikirkan bagaimana proses materi tersebut dapat dipahami dengan sepenuhnya oleh peserta didik.

6)      Saya sering merasa gagal dan mengeluh jika banyak peserta didik yang tidak tuntas setelah  melakukan evaluasi/ulangan.

 

2.      Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari  modul ini?

Setelah saya mempelajari modil 1.1 tentang Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara banyak  pemahaman yang saya dapatkan. Saya merasa kagum dengan filosofi pendidikan Ki Hajar  Dewantara, bagaimana selama ini saya telah membunuh karakter mereka sebagai peserta didik,  memaksakan kehendak saya sebagai orang yang lebih tahu segalanya dibandingkan mereka. Pemikiran KHD terhadap pendidikan sangat luas dan mendalam serta membuat saya mengerti bagaimana sebaiknya memperlakukan peserta didik dalam proses pembelajaran. Seharusnya saya lebih memberi dorongan dan tuntunan terhadap segala kekuatan qodrat yang dimiliki peserta didik agar ia  mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Guru sebagai  among yang menuntun segala qodrat pada peserta didik yaitu qodrat alam dan qodrat zaman. Qodrat alam yang di miliki peserta didik yaitu kemampuan atau potensi yang di miliki peserta didik sejak lahir, hanya saja masih seperti garis samar, tugas saya sebagai seorang guru adalah menebalkan garis samar tersebut. Misalnya kemampuan yang dimiliki peserta didik yang semula belum baik maka dituntun  untuk menjadi baik dan yang sudah baik dituntun menjali lebih baik lagi. Seorang guru yang sebagai among menuntun peserta didik untuk membangun pengetahuan dan budi pekerti, agar  mereka memerdekakan diri sendiri dan orang lain. Pendidik dan seluruh warga sekolah harus menanamkan nilai-nilai karakter budi pekerti agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Pendidik juga harus menghargai keragaman, bahwasanya setiap peserta didik mempunyai sifat unik yang mana mereka mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Tentunya karakteristik peserta didik yang berbeda-beda tersebut tidaklah sama penanganannya. Sebagai pendidik saya harus terbuka namun tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Kodrat alam peserta didik berbeda-beda. Kodrat alam peserta didik yang tinggal di pedesaan akan beda kodratnya dengan peserta didik yang tinggal di wilayah perkotaan. Mereka akan  memiliki potensi, bakat dan minat yang berbeda. Maka sebagai pendidik saya harus menyadari bahwa setiap  peserta didik itu beragam dan mempunyai keunikan masing-masing. Sedangkan kodrat zaman  berhubungan dengan zaman yang dialami oleh peserta didik pada saat pengajaran atau  pendidikan berlangsung. Untuk pendidikan saat ini, para pendidik harus menekankan pada  kemampuan peserta didik untuk memiliki keterampilan abad ke 21.

3.      Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda  mencerminkan pemikiran KHD?

Setelah mempelajari filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara, ada beberapa hal yang harus saya ubah. Meskipun perubahan itu tidak seluruhnya namun saya berkomitmen untuk memulai perubahan mengajar di kelas yang dimulai dari hal-hal kecil. Secara umum, saya akan memberi berbagai hak mereka sebagai peserta didik yang merdeka sebagi insan yang  memiliki kebebasan dalam menentukan mana yang mereka sukai, minati dan mana yang  tidak layak diberikan sebagi sebuah bentuk paksaan atau ancaman, saya akan memberikan tuntunan kepada  setiap individu dari peserta didik saya untuk mereka mengekspresikan apa yang mereka inginkan, apa yang mereka butuhkan, dan apa yang mereka miliki untuk saya asah, saya tuntun  dan saya ayomi. Saya akan memberikan mereka kemerdekaan untuk memilih cara belajarnya sendiri, untuk memilih kegiatan dalam belajar sesuai dengan minat  dan kebutuhan peserta didik, saya tidak akan memaksa peserta didik untuk mengerjakan suatu kegiatan sampai selesai dan baru bisa menilainya, karena kemampuan peserta didik hanya bisa di lihat dari  prosesnya bukan hasilnya.

Selain itu saya juga harus lebih ikhlas dan sabar agar terwujud pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat pada peserta didik. Sesuai apa yang saya sampaikan di atas, setiap peserta didik lahir dengan kodrat alam dan kodrat zamannya. Khususnya kodrat zaman, saya sebagai pendidik memastikan setiap kemampuan peserta didik memiliki keterampilan abad ke 21 seperti (kreatif, berpikir kritis, kolaborasi, dan komunikasi).

Selain itu, untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, menarik dan inovatif saya harus merencanakan pembelajaran dengan matang dan menyiapkan  kegiatan pembelajaran yang beragam dengan berbagai aktivitas ragam permainan, menyisipkan ice breaking, pembelajaran berdiferensiasi, selain itu juga terkadang  kami melakukan kegiatan pembelajaran dilingkungan luar kelas dengan belajar di alam  terbuka seperti petualangan dan penjelajahan. Hal ini selain dalam rangka menghilangkan rasa jenuh juga untuk memberikan pengalaman yang nyata (kontekstual)  tentang alam dan lingkungan sekitar mereka, belajar memahami apa yang ada di lingkungan mereka, belajar berinteraksi dengan lingkungan untuk menumbuihkan rasa cinta  dan mengenal kearifan lokal dilingkungannya agar mereka merasa bangga dan mau untuk  melestarikannya baik dari aspek sosial, ekonomi maupun budaya.

 

Salam Guru Penggerak!!!

Tergerak, bergerak, menggerakkan!

 

Wassalamualaikum Wr. Wb..

0 komentar:

Posting Komentar