Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013

Berbagai materi Mata Pelajaran PJOK jenjang SD dan SMP dapat anda temukan disini.

RPP, Silabus, Prota, Promes, dan lainnya

Perangkat Pembelajaran PJOK jenjang SD dan SMP.

Materi PJOK

Peran aktivitas fisik terhadap pencegahan penyakit - PJOK KELAS IX SMP.

Rabu, 28 Agustus 2024

Penyebaran Pemahaman dan Pengalaman Budaya Positif di SMPN 12 Prabumulih

 

Pendahuluan

Sebagai calon guru penggerak, saya merasa sangat terhormat dapat berbagi pemahaman tentang modul budaya positif kepada rekan-rekan guru saya di SMP Negeri 12 Prabumulih. Modul ini memberikan perspektif baru dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan berpihak pada murid. Kegiatan aksi nyata dalam bentuk diseminasi ini menambah pemahaman saya dalam mempelajari dan menerapkan modul 1.4 budaya positif di sekolah. Saya begitu antusias dan jelas sedikit cemas ketika menjadi pembicara dihadapan dewan guru. Meskipun akhirnya saya dapat menyelesaikan dengan baik dan tanpa kekurangan apapun. Dalam sesi diseminasi, saya memulai dengan memberikan gambaran umum tentang pentingnya budaya positif dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Saya menjelaskan bahwa budaya positif melibatkan hubungan yang positif antara guru dan murid serta rasa memiliki di antara seluruh anggota kelas. Selanjutnya, saya menguraikan materi inti modul budaya positif dengan contoh konkret untuk mempermudah pemahaman rekan-rekan guru.

Adapun konsep-konsep kunci dalam Modul Budaya Positif, yaitu perubahan paradigma belajar, Disiplin Positif dan Nilai-Nilai Kebajikan Universal, Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi, Keyakinan Kelas, Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas, Restitusi - Lima Posisi Kontrol, Restitusi - Segitiga Restitusi. Semuanya akan kita bahas satu-persatu.

1.       Perubahan Paradigma Belajar

Salah satu konsep dasar dalam modul ini adalah perubahan paradigma. Kita diarahkan untuk beralih dari paradigma stimulus-respons, di mana perilaku murid dianggap sebagai reaksi terhadap tindakan guru, menuju teori kontrol. Dalam teori kontrol, guru memiliki peran aktif dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif dan memotivasi murid untuk mengambil tanggung jawab atas perilaku mereka. Untuk membangun budaya yang positif, aman, nyaman, dan menyenangkan agar murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab. Disiplin sangat berkaitan dengan kontrol guru terhadap murid.

2.       Disiplin Positif dan Nilai-Nilai Kebajikan Universal

Disiplin positif bukan hanya tentang hukuman, melainkan upaya untuk membimbing murid agar mampu mengatur diri sendiri dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang telah disepakati bersama. Nilai-nilai kebajikan seperti kejujuran, tanggung jawab, dan empati menjadi dasar dalam membangun disiplin positif. Diane Gossen menyatakan bahwa arti dari kata disiplin berasal dari bahasa Latin, 'disciplina', yang artinya 'belajar'. Kata 'discipline' juga berasal dari akar kata yang sama dengan 'disciple' atau murid/pengikut. Untuk menjadi seorang murid, atau pengikut, seseorang harus paham betul alasan mengapa mereka mengikuti suatu aliran atau ajaran tertentu, sehingga motivasi yang terbangun adalah motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik. kata disiplin ini juga berkonotasi dengan disiplin diri dari murid-murid Socrates dan Plato. Disiplin diri dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna. Dengan kata lain, disiplin diri juga mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai. Namun dalam budaya kita, makna 'disiplin' telah berubah menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung menghubungkan kata 'disiplin' dengan ketidaknyamanan, bukan dengan apa yang kita hargai atau dengan nilai-nilai yang mereka percaya Tujuan disiplin positif adalah menanamkan motivasi intrinsik pada murid untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri nilai-nilai yang mereka percaya.

Nilai-nilai kebajikan adalah sifat-sifat positif manusia yang merupakan tujuan mulia yang ingin dicapai setiap individu. Nilai-nilai tersebut bersifat universal dan lintas bahasa, suku bangsa, agama maupun latar belakang. Setiap perilaku/perbuatan memiliki suatu tujuan (Dr. William Glasser pada teori kontrol, 1984) Dengan mengaitkan nilai-nilai kebajikan yang diyakini seseorang maka motivasi intrinsiknya akan terbangun, sehingga menggerakkan motivasi dari dalam untuk dapat mencapai tujuan mulia yang diinginkan (Diane Gossen, 1998). Dari nilai-nilai inilah disiplin positif dari dibangun.

 

3.       Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi

Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 motivasi perilaku manusia:

1.       Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman. Ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia. Biasanya orang yang motivasi perilakunya untuk menghindari hukuman atau ketidaknyamanan, akan bertanya, apa yang akan terjadi apabila saya tidak melakukannya?

2.       Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Satu tingkat di atas motivasi yang pertama, disini orang berperilaku untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Orang dengan motivasi ini akan bertanya, apa yang akan saya dapatkan apabila saya melakukannya?

3.       Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Orang dengan motivasi ini akan bertanya, saya akan menjadi orang yang seperti apabila saya melakukannya?

4.    Keyakinan Kelas

Suatu keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari dalam atau memotivasi secara intrinsik (dari dalam diri). Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, dari pada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan tertulis tanpa makna.

1)      Mengapa kita memiliki peraturan tentang penggunaan helm pada saat mengendarai kendaraan roda dua/motor?

(Kemungkinan jawaban Anda adalah untuk 'keselamatan').

2)      Mengapa kita memiliki peraturan tentang penggunaan masker dan mencuci tangan setiap saat?

(Kemungkinan jawaban Anda adalah 'untuk kesehatan dan/atau keselamatan').

Untuk mendukung motivasi intrinsik, kembali ke nilai-nilai/keyakinan-keyakinan lebih menggerakkan seseorang dibandingkan mengikuti serangkaian peraturan-peraturan.

5.       Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas

5 (lima) Kebutuhan Dasar Manusia

Seluruh tindakan manusia memiliki tujuan tertentu. Semua yang kita lakukan adalah usaha terbaik kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, sebetulnya saat itu kita sedang memenuhi satu atau lebih dari satu kebutuhan dasar kita, yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan penguasaan (power). Ketika seorang murid melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan, atau melanggar peraturan, hal itu sebenarnya dikarenakan mereka gagal memenuhi kebutuhan dasar mereka. Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat satu persatu kelima kebutuhan dasar ini.

6.       Restitusi - 5 (lima)  Posisi Kontrol Guru

Diane Gossen dalam bukunya Restitution-Restructuring School Discipline (1998) mengemukakan bahwa guru perlu meninjau kembali penerapan disiplin di dalam ruang-ruang kelas mereka selama ini. Apakah telah efektif, apakah berpusat, memerdekakan, dan memandirikan murid, bagaimana dan mengapa? Melalui serangkaian riset dan berdasarkan pada teori Kontrol Dr. William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Rasa Bersalah, Teman, Pemantau dan Manajer.

7.       Segitiga Restitusi

Diane Gossen dalam bukunya Restitution; Restructuring School Discipline, (2001) telah merancang sebuah tahapan untuk memudahkan para guru dan orangtua dalam melakukan proses untuk menyiapkan anaknya untuk melakukan restitusi, bernama segitiga restitusi/restitution triangle. 3 sisi dari Segitiga Restitusi yaitu: Menstabilkan Identitas, Validasi tindakan yang salah, dan Menanyakan keyakinan.

 

Penutup

Modul budaya positif memberikan kerangka kerja komprehensif untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif dan berpihak pada murid. Dengan menerapkan prinsip-prinsip dalam modul ini, kita dapat membantu murid tumbuh menjadi individu yang mandiri, bertanggung jawab, dan berkarakter profil pelajar pancasila. Demikian hasil diseminasi yang telah saya rangkum menjadi artikel pada blog pribadi saya. Berikut video diseminasi saya https://www.youtube.com/watch?v=58MrQOEQHSM

Sila tinggalkan komentar dan saran demi perbaikan tulisan saya ke depan.