Pendahuluan
Sebagai calon guru penggerak,
saya merasa sangat terhormat dapat berbagi pemahaman tentang modul budaya
positif kepada rekan-rekan guru saya di SMP Negeri 12 Prabumulih. Modul ini
memberikan perspektif baru dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
dan berpihak pada murid. Kegiatan aksi nyata dalam bentuk diseminasi ini
menambah pemahaman saya dalam mempelajari dan menerapkan modul 1.4 budaya positif
di sekolah. Saya begitu antusias dan jelas sedikit cemas ketika menjadi
pembicara dihadapan dewan guru. Meskipun akhirnya saya dapat menyelesaikan
dengan baik dan tanpa kekurangan apapun. Dalam sesi diseminasi, saya memulai
dengan memberikan gambaran umum tentang pentingnya budaya positif dalam
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Saya menjelaskan bahwa budaya
positif melibatkan hubungan yang positif antara guru dan murid serta rasa
memiliki di antara seluruh anggota kelas. Selanjutnya, saya menguraikan materi
inti modul budaya positif dengan contoh konkret untuk mempermudah pemahaman
rekan-rekan guru.
Adapun konsep-konsep kunci
dalam Modul Budaya Positif, yaitu perubahan paradigma belajar, Disiplin Positif
dan Nilai-Nilai Kebajikan Universal, Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan,
Restitusi, Keyakinan Kelas, Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas,
Restitusi - Lima Posisi Kontrol, Restitusi - Segitiga Restitusi. Semuanya akan
kita bahas satu-persatu.
1. Perubahan Paradigma Belajar
Salah satu konsep
dasar dalam modul ini adalah perubahan paradigma. Kita diarahkan untuk beralih
dari paradigma stimulus-respons, di mana perilaku murid dianggap sebagai reaksi
terhadap tindakan guru, menuju teori kontrol. Dalam teori kontrol, guru
memiliki peran aktif dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif dan
memotivasi murid untuk mengambil tanggung jawab atas perilaku mereka. Untuk
membangun budaya yang positif, aman, nyaman, dan menyenangkan agar murid-murid
mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri, dan
bertanggung jawab. Disiplin sangat berkaitan dengan kontrol guru terhadap murid.
2. Disiplin Positif dan Nilai-Nilai Kebajikan Universal
Disiplin positif
bukan hanya tentang hukuman, melainkan upaya untuk membimbing murid agar mampu
mengatur diri sendiri dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang telah
disepakati bersama. Nilai-nilai kebajikan seperti kejujuran, tanggung jawab,
dan empati menjadi dasar dalam membangun disiplin positif. Diane Gossen menyatakan
bahwa arti dari kata disiplin berasal dari bahasa Latin, 'disciplina', yang
artinya 'belajar'. Kata 'discipline' juga berasal dari akar kata yang sama
dengan 'disciple' atau murid/pengikut. Untuk menjadi seorang murid, atau
pengikut, seseorang harus paham betul alasan mengapa mereka mengikuti suatu
aliran atau ajaran tertentu, sehingga motivasi yang terbangun adalah motivasi
intrinsik, bukan ekstrinsik. kata disiplin ini juga berkonotasi dengan disiplin
diri dari murid-murid Socrates dan Plato. Disiplin diri dapat membuat seseorang
menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan
bermakna. Dengan kata lain, disiplin diri juga mempelajari bagaimana cara kita
mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang
mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai. Namun dalam budaya kita, makna
'disiplin' telah berubah menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang
lain untuk mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung menghubungkan kata 'disiplin'
dengan ketidaknyamanan, bukan dengan apa yang kita hargai atau dengan
nilai-nilai yang mereka percaya Tujuan disiplin positif adalah menanamkan
motivasi intrinsik pada murid untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan
menghargai diri sendiri nilai-nilai yang mereka percaya.
Nilai-nilai
kebajikan adalah sifat-sifat positif manusia yang merupakan tujuan mulia yang
ingin dicapai setiap individu. Nilai-nilai tersebut bersifat universal dan
lintas bahasa, suku bangsa, agama maupun latar belakang. Setiap
perilaku/perbuatan memiliki suatu tujuan (Dr. William Glasser pada teori
kontrol, 1984) Dengan mengaitkan nilai-nilai kebajikan yang diyakini seseorang
maka motivasi intrinsiknya akan terbangun, sehingga menggerakkan motivasi dari
dalam untuk dapat mencapai tujuan mulia yang diinginkan (Diane Gossen, 1998). Dari
nilai-nilai inilah disiplin positif dari dibangun.
3.
Teori Motivasi, Hukuman dan
Penghargaan, Restitusi
Diane Gossen dalam bukunya Restructuring
School Discipline, menyatakan ada 3 motivasi perilaku manusia:
1.
Untuk menghindari ketidaknyamanan
atau hukuman. Ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia.
Biasanya orang yang motivasi perilakunya untuk menghindari hukuman atau
ketidaknyamanan, akan bertanya, apa yang akan terjadi apabila saya tidak
melakukannya?
2.
Untuk mendapatkan imbalan atau
penghargaan dari orang lain. Satu tingkat di atas motivasi yang pertama, disini
orang berperilaku untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain.
Orang dengan motivasi ini akan bertanya, apa yang akan saya dapatkan apabila
saya melakukannya?
3.
Untuk menjadi orang yang mereka
inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.
Orang dengan motivasi ini akan bertanya, saya akan menjadi orang yang seperti
apabila saya melakukannya?
4. Keyakinan Kelas
Suatu keyakinan akan lebih
memotivasi seseorang dari dalam atau memotivasi secara intrinsik (dari dalam
diri). Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan
keyakinannya, dari pada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan tertulis tanpa
makna.
1)
Mengapa kita memiliki peraturan
tentang penggunaan helm pada saat mengendarai kendaraan roda dua/motor?
(Kemungkinan jawaban Anda adalah untuk 'keselamatan').
2)
Mengapa kita memiliki peraturan
tentang penggunaan masker dan mencuci tangan setiap saat?
(Kemungkinan jawaban Anda adalah 'untuk kesehatan dan/atau
keselamatan').
Untuk mendukung motivasi
intrinsik, kembali ke nilai-nilai/keyakinan-keyakinan lebih menggerakkan
seseorang dibandingkan mengikuti serangkaian peraturan-peraturan.
5. Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas
5 (lima) Kebutuhan
Dasar Manusia
Seluruh tindakan
manusia memiliki tujuan tertentu. Semua yang kita lakukan adalah usaha terbaik
kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Ketika kita mendapatkan apa yang
kita inginkan, sebetulnya saat itu kita sedang memenuhi satu atau lebih dari satu
kebutuhan dasar kita, yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), kasih
sayang dan rasa diterima (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan
(fun), dan penguasaan (power). Ketika seorang murid melakukan suatu perbuatan
yang bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan, atau melanggar peraturan, hal
itu sebenarnya dikarenakan mereka gagal memenuhi kebutuhan dasar mereka. Untuk
lebih jelasnya, mari kita lihat satu persatu kelima kebutuhan dasar ini.
6. Restitusi - 5 (lima) Posisi
Kontrol Guru
Diane Gossen dalam
bukunya Restitution-Restructuring School Discipline (1998) mengemukakan
bahwa guru perlu meninjau kembali penerapan disiplin di dalam ruang-ruang kelas
mereka selama ini. Apakah telah efektif, apakah berpusat, memerdekakan, dan
memandirikan murid, bagaimana dan mengapa? Melalui serangkaian riset dan berdasarkan
pada teori Kontrol Dr. William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi
kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan
kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Rasa
Bersalah, Teman, Pemantau dan Manajer.
7. Segitiga Restitusi
Diane Gossen dalam bukunya Restitution; Restructuring
School Discipline, (2001) telah merancang sebuah tahapan untuk memudahkan
para guru dan orangtua dalam melakukan proses untuk menyiapkan anaknya untuk
melakukan restitusi, bernama segitiga restitusi/restitution triangle. 3
sisi dari Segitiga Restitusi yaitu: Menstabilkan Identitas, Validasi tindakan
yang salah, dan Menanyakan keyakinan.
Penutup
Modul budaya positif memberikan
kerangka kerja komprehensif untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif
dan berpihak pada murid. Dengan menerapkan prinsip-prinsip dalam modul ini,
kita dapat membantu murid tumbuh menjadi individu yang mandiri, bertanggung
jawab, dan berkarakter profil pelajar pancasila. Demikian hasil diseminasi yang telah saya rangkum menjadi artikel pada blog pribadi saya. Berikut video diseminasi saya https://www.youtube.com/watch?v=58MrQOEQHSM
Sila tinggalkan komentar dan saran demi perbaikan tulisan saya ke depan.